Idhofah Dalam Bahasa Arab

BY : TRI WULANDARI
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bahasa arab merupakan bahasa yang penting bagi umat islam dalam mempelajari al-Qur’an. Untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami isi dan makna al-Qur’an di perlukannya memahami dan mengerti tentang tata bahasa arab. Salah satunya idhofah yang sebagian orang belum mengerti arti dan cara penggunaan idhofah dalam suatu kalimat.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas tentang idhofah, macam-macam idhofah, cara penggunaan dan contoh-contoh idhofah.
Idhofah merupakan penyandaran suatu isim kepada isim lain sehingga menimbulkan makna yang spesifik. Idhofah terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Banyak juga yang kurang memahami dan membedakan mudhof dan mudhof ilaih. Dengan membahas idhofah otomatis juga akan membahas mudhof dan mudhof ilaih dan ciri-cirimya. Dan juga dapat membuat kalimat-kalimat dalam bahasa arab dengan baik dan benar, bisa memposisikan idhofah dalam suatu kalimat karena sudah mengetahui mudhof dan mudhof ilaihnya.

B.       Rumusan Makalah
Dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini antara lain:
1.    Apa pengertian idhofah?
2.    Apa saja macam-macam idhofah dan contohnya?
3.    Apa saja hukum idhofah?



C.      Tujuan Makalah
Tujuan dari pembahasan makalah ini, untuk mengetahui cara penggunaan idhofah dan contoh-contohnya agar dapat menerapkan idhofat dengan benar dalam suatu kalimat.

D.      Manfaat Makalah
Manfaat dari pembahasan ini, antara lain:
1.    Memberi kemudahan dalam memahami idhofah (mudhof dan mudhof ilaih)
2.    Mengetahui ciri-ciri atau syarat-syarat (hukum)  dalam idhofah.



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Idhofah

Idhofah adalah penyandaran suatu kalimah (isim) kepada kalimah lain sehingga menimbulkan pengertian yang lebih spesifik.[1] Idhofah tersusun dari dua bagian isim yaitu mudhof dan mudhof ilaih. Bagian yang pertama disebut mudhof (kata yang disandarkan), dan bagian yang kedua disebut mudhof ilaih(kata yang disandari).

Idhofah adalah menggabungkan dua kalimat isim dengan tujuan mema’rifatkan isim yang pertama dengan isim yang kedua atau mengkhususkan isim pertama dengan yang kedua.[1]
     Isim yang yang pertama disebut mudhof. Dan isim yang kedua disebut mudhof ilaih. Isim yang pertama (mudhof ) tidak boleh diberi tanwin dan tidak di ma’rifatkan dengan al, dan bisa dibaca rafa’, nashab, dan jer, sedangkan isim yang kedua ( mudhof ilaih ) selamanya dibaca jer.

Contoh:

Yang dibaca rafa’ : جَاءَغُلاَمُ زَيْدٍ
Yang dibaca nashab         : رَأَيْتُ غُلاَمَ زَيْدٍ
Yang dibaca jer     : مَرَرْتُ بِغُلاَمِ زَيْدٍ

1.Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti:

a.Bermakna مِنْ (dari)

Contoh:

خَاتَمُ حَدِيْدٍ (Cincin besi)
Maknanya adalah,
خَاتَمٌ مِنْ حَدِيْدٍ (Cincin dari besi)

b. Bermakna لِ (milik)

Contoh:

بَيْتُ عَلِيٍّ (Rumah Ali)
Maknanya adalah,
بَيْتٌ لِعَلِيٍّ (Rumah milik Ali)

c. Bermakna فِي (di dalam)
Contoh:
عَذَابُ القَبْرِ (Azab Kubur)
Maknanya adalah,
عَذَابٌ فِي القَبْرِ (Azab di dalam kubur)

2. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan alif, dan mudhof ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan harakat fathah

Contoh:

يَدَايَ (Kedua tanganku)
Asalnya adalah يَدَانِ sebagai mudhof, nunnya dibuang sehingga bentuknya menjadi يَدَا .
mengingat يَدَا berakhiran alif, maka ketika diidhofahkan kepada ya’ mutakallim menjadi يَدَايَ .
هُدَايَ (Petunjukku)
Asalnya adalah,
اَلْهُدَى dan ya’ mutakallim (ي)
سِوَايَ (Selainku)
Asalnya adalah,
سِوَى dan ya’ mutakallim (ي)
3. Apabila mudhof berupa isim yang berakhiran dengan ya’ dan mudhof ilaihi berupa ya’ mutakallim, maka ya’ ditulis dengan fathah yang ditasdid.
Contoh:

مُدَرِّسِيَّ (Para pengajarku)

Asalnya adalah,

مُدَرِّسِيْنَ dan ya’ mutakallim (ي)

مُحَامِيَّ (Pengacaraku)

Asalnya adalah,

اَلْمُحَامِي dan ya’mutakallim (ي)

مُفْتِيَّ (Muftiku

Asalnya adalah,
مُفْتِي dan ya’ mutakallim (ي)


B.       Hukum Idhofah
a.         Dalam susunan idhofah, mudhof tidak didahului alif lam (ال).
Contoh:
Mudhof= الرَّسُوْلُ

mudhof ilaih= اللهُ

Susunan idhofahnya adalah,

 رَسُوْلُ اللهِ  (Rasulullah)

mudhof=البَابُ

 mudhof ilahi= الْمَسْجِدُ

Susunan idhofahnya adalah,

بَابُ الْمَسْجِدِ  (Pintu Masjid)

b.         Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin.
Contoh:
Mudhof=  حَقِيْبِةٌ

 mudhof ilaihi=  مُحَمَّدٌ

Susunan idhofahnya adalah,

حَقِيْبَةُ مُحَمَّدٍ  (Tas Muhammad)

Mudhof=  جَوَّالٌ

mudhof ilaihi= مُحَمَّدٌ  

Susunan idhofahnya adalah:

جَوَّالُ مُحَمَّدٍ  (Handphone Muhammad)

c.         Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.
Contoh:
 mudhof= كِتَابَانِ

mudhof ilaihi= مُحَمَّدٌ  

Susunan idhofahnya adalah,

كِتَابَا مُحَمَّدٍ  (Kitab Muhammad)

Mudhof= مُدَرِّسُوْنَ  

mudhof ilaihi= مَعْهَدٌ  

Susunan idhofahnya adalah,

مُدَرِّسُوْ مَعْهَدٍ  (Para pengajar ma’had)



Sedangkan aturan mudhof ilaih yaitu:

a.         Diawali dengan alif lam (ال). Selalu menempati status majrur (yaitu menggunakan tanda kasrah)
Contoh: الجَامِعَةِ, (kampus) ,المَكْتَبِ (kantor)  diawali dengan alif lam dan berharokat kasroh.

b.         /tidak diawali alif lam (ال) tetapi harokat kasroh tanwin.
مُحَمَّدٍ (Muhammad)
بَيْتٍ (rumah) tidak boleh menggunakan alif lam.

c.         Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa kata sifat, susunannya berupa menjadi bukan lagi idhofah. [2]
Contoh idhofah yang lain:
مَسْجِدُ الجاَمِعَةِ
Masjid kampus

سُورَةُ الفَاتِحَهِ
Surat Al-Fatihah

بَيْتُ الأُسْتاَذِ
Rumah ustadz

باَبُ الفَصْلِ
Pintu kelas
Kataمَسْجِدُ   رَسُوْلُ, سُورَةُ, , بَيْتُ , باَبُ merupakan mudhof. Sedangkan kataالجاَمِعَةِ , الفَاتِحَهِ , اللّةِ , الأُسْتاَذِ , الفَصْلِ merupakan mudhof ilaih.
Penisbatan atau penyandaran idhofah juga menyimpan arti مِنْ (dari), فِيْ (di dalam),لِ (untuk/milik).[3]
Contoh:
مَكاَنُ الْوُضُوْءِ
Tempat (untuk) wudhu

مُوَظَّفُ الْمَكْتَبِ
Pegawai(nya) kantor

تِلْمِيْذُ مَدْرَسَةٍ
Siswa (di) sekolah

خاَتَمُ ذَهَبٍ
Cincin (dari) emas

سَيَّارَةُ فَاطِمَةِ
Mobil (milik) Fatimah
c.       Macam-macam idhofah

Idhofah dibagi menjadi dua, yaitu:

1.         Idhofah maknawiyyah yaitu idhofah yang memberikan faedah mema’rifatkan (sehingga dapat menimbulkan perubahan dari nakiroh menjadi ma’rifat atau sekurang-kurangnya taksis/tidak berarti umum betul)[4]. Definisinya adalah keadaan mudhof bukan merupakan isim sifat yang dimudhofkan. Artinya tidak merupakan isim sifat sama sekali.
Contoh:
البَيْتِ مِفْتاَحُ
kunci rumah

التِلْمِيْذِ كِتاَبُ
Buku murid

مَكْتَبُ بَرِيْدٍ
Kantor pos

Idhofah maknawiyyah ( mahdhoh ) juga menyimpan beberapa ma’na, yaitu:

a.        Menyimpan ma’nanya min مِنْ ) , bila mudhof ilaih jinisnya mudhof. contoh : بَابُ سَاجٍ

b.        Menyimpan ma’nanya fi (فى ) , bila mudhof ilaih tempat/ zamannya mudhof. Contoh : مَكْرُاللَّيْلِ

c.       Menyimpan ma’nanya lam (لام ) yang mengandung arti kepemilikan atau ikhtishos , bila tidak patut menyimpan ma’nanya min atau fi. Contoh : غُلَامُ زَيْدٍ

2.         Idhofah lafaziyyah yaitu idhofah yang tidak memberikan faedah mema’rifatkan mudhof (yaitu sekedar untuk meringankan bacaannya saja). Definisinya adalah keadaan mudhof merupakan isim sifat yang di mudhofkan.
Contoh:

عَظِيْمُ الْاَمَلِ
Yang besar cita-citanya
مُرَوَّعُ الْقَلْبِ
Yang di pelihara hatinya
قَلِيْلُ الْحِيَلِ
Sedikit tipu muslihatnya

Dalam idhofah lafazziyah, penambahan alif lam pada mudhof dibolehkan, karena sesungguhnya dari sisi makna bukanlah mudhof.

Contoh:

 الْجَعْدُ الشَّعْرِ

Rambut yang bergumpal (alif lam berada pada lafaz yang di idhofati oleh mudhof ilaih itu).
Adapun adanya alif lam itu pada isim sifat, bisa dianggap cukup (alif lam pada mudhofnya saja, tidak ada pada mudhof ilaihnya), yaitu kalau isim sifat itu tasniyah atau jamak mudzakar salim.[5]

Contoh:

الْمُعَلِّمُوْ زَيْدٍ
Orang-orang (banyak) yang mengajari zaid
الْمُعَلِّماَ زَيْدٍ (Dua orang yang mengajari zaid.)



BAB III
Penutup

Kesimpulan
Idhofah merupakan penyandaran isim kepada isim lainnya yang terdiri dari mudhof dan mudhof ilaih. Isim pertama disebut mudhof, sedangkan isim kedua disebut mudhof ilaih. Mudhof tidak berawal dengan alif lam, sedangkan mudhof ilaih berawalan alif lam dan selalu di jarkan atau tidak berawalan alif lam tetapi berharokat tanwin.
Mudhof dibagi menjadi dua, yaitu mudhof ma’nawiyah dan mudhof lafazziyah. Mudhof ma’nawiyah merupakan idhofah yang memberikan faedah mema’rifatkan mudhof dan mudhof bukan merupakan isim sifat. Sedangkan idhofah lafazziyah yaitu idhofah yang mudhofnya berupa isim sifat, dan tidak ada perubahan makna/tidak mema’rifatkan mudhof, hanya lafaznya saja yang di idhofkan agar memudahkan bacanya.


DAFTAR PUSTAKA
Al Ghulayani, Syaih Musthofa.1992.الجمعد دروسل الرّبيّة.As-Shifa:Semarang
Munawari, Akhmad.2004.Belajar Cepat Tata Bahasa Arab.Norma Media Idea: Yogyakarta
Pasmin, Drs, Dkk.2007.Bahasa Arab untuk Madrasah Tsanawiyah.Alfadinar:Surakarta
Basyir, Abdul, BA.2003.Pendidikan Bahasa Arab.Nuansa Aksara Grafika:Yogyakarta
Muhammad.1996.Matan Alfiyah.Al-Ma’arif:Bandung
Sukamto, Drs, M.A., Dkk.2005.Bahasa Arab.Pokja Akademik:Yogyakarta




[1] Akhmad Munawari. Belajar Cepat Tata Bahasa Arab. Hlm. 44
[2] Abdul Basyir, BA., Drs. Aris Madani, Drs. Mochlasin Sofyan, M.Ag., Pendidikan Bahasa Arab.2003. Hlm.78
[3] Drs. Pasmin. Bahasa Arab untuk Madrasah Tsanawiyah. 2007. Hlm. 50
[4] Syekh Muhammad Bin A. Malik Al-Andalusy. Matan Alfiyah. 1996. Hlm. 211
[5] Ibid. Hlm. 212




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENILAIAN UNJUK KERJA

Penggunaan To Be dalam Bahasa Inggris